Selasa, 08 Juli 2014

Speyer Cathedral in Germany, Romanesque

Perkembangan arsitektur gereja-gereja di Eropa memang memiliki sejarah yang panjang. Hingga kini bahkan penganut agama selain Kristen pun akan kagum melihat penampilan gereja-gereja di Eropa. Secara umum, ada empat gaya gereja di Eropa, yaitu Byzantium, Romanesque, Gotik, dan Barok. Gereja-gereja ini memiliki keunikan, yaitu bentuk bangunannya menyerupai puri atau kastil khas Eropa.



Katedral Speyer memberikan pengaruh yang cukup besar tidak hanya pada perkembangan arsitektur Romawi pada abad ke-11 dan ke-12, namun juga pada evolusi prinsip-prinsip restorasi di Jerman, Eropa bahkan di dunia dari abad ke-18 hingga sekarang. Katedral ini, bersama dengan orang-orang Worm dan Mainz merupakan seni monumen besar Romawi. Hal tersebut berdasarkan proporsinya yang besar dan juga berdasarkan sejarah yang terkait yaitu menjadi tempat peristirahatan Kaisar Salic.


Katedral Speyer didedikasikan untuk St. Mary dan St. Stephen, didirikan oleh Konrad II dan dibangun antara tahun 1030 hingga 1106. Katedral ini menggabungkan tata letak umum St. Michael Hildesheim dan rencana yang disetujui umumnya di Rhineland. Rencana ini ditandai dengan keseimbangan blok timur dan barat dan oleh simetris dan tunggal penempatan menara yang dibingkai pada massa yang dibentuk oleh nave dan transep. Di bawah Pemerintahan Henry IV renovasi tersebut dilakukan.


Katedral Speyer adalah struktur dikenal pertama akan dibangun dengan galeri yang mengelilingi seluruh bangunan. Sistem arcade yang ditambahkan selama renovasi ini juga adalah yang pertama dalam sejarah arsitektur. Di tahun 1689, Katedral Speyer mengalami kerusakan yang serius oleh api. Setelah bencana ini, arsitek I. M. Neumann berusaha merekonstruksi bangunan tersebut bergaya Romanesque di abad ke-18, meskipun tidak tanpa menciptakan Westwerk Baroque (1772-1778).


Raja Bavaria, Ludwig I menugaskan lukisan interior. Kemudian pada tahun 1846 hingga 1853 Pelukis sekolah Johannes Schraudolph dan Josef Schwarzmann menyelesaikan pekerjaannya dalam gaya Nazaret. Katedral Speyer adalah salah satu monumen Romawi yang paling penting dari waktu ke waktu dari Kekaisaran Romawi Suci. Basilika berkubah triple-aisled yang mengesankan adalah puncak dari desain yang menjadi sangat berpengaruh pada perkembangan arsitektur Romawi pada abad ke-11 dan ke-12.


Pada tahun 1981, Katedral telah ditambahkan ke daftar Warisan Dunia UNESCO situs budaya penting sebagai “Monumen utama Romawi seni di Kekaisaran Jerman”.


Gereja Katedral Speyer ini termasuk ke dalam gaya Romanesque. Istilah “Romanesque” pertama kali diciptakan pada tahun 1818 oleh Charles-Alexis-Adrien de Gerville untuk menggambarkan sebuah gaya arsitektur yang mendahului gaya arsitektur Gotik. Istilah ini juga dikenal dengan sebutan gaya “Roman” di Prancis, “Romanish” di Jerman, “Romanico” di Italia, dan “Romanesk” di Indonesia. Gaya ini berkembang di Eropa sejak tahun 800 (abad ke-9) hingga tahun 1100 (abad ke-12). Gaya ini kemudian lenyap (atau lebih tepatnya berevolusi) setelah munculnya gaya Gotik abad ke-12. Sesuai namanya, gaya arsitektur ini banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Romawi kuno.


Berikut ini beberapa ciri khas dari Romanesque yang ada di Katedral Speyer (Jerman):

1.Denah



Denah gereja Romanesque selalu berbentuk salib. Altar diletakkan di timur (menghadap Yerusalem), pintu masuk di barat.


2.Adanya Busur Lengkung




Inilah ciri utama gaya Romanesque yang membedakannya dengan gaya lain, yaitu adanya busur lengkung. Busur lengkung adalah pertemuan antara dua pilar yang membentuk busur setengah lingkaran.

Inilah yang membedakan gaya ini dengan gaya Yunani Kuno, Gotik, hingga gaya Islam. Gaya Yunani Kuno tidak memiliki lengkungn pada pertemuan dua pilarnya, gaya Gotik memiliki lengkung berujung lancip (pointed arch), sedangkan gaya Islam memiliki lengkung berbentuk tapal kuda (horse-shoe arch).


3. Bangunan tampak bulky (sangat besar) dan kokoh




4. Bahan bangunannya berupa potongan-potongan batu berukuran besar dan berat.




Bahan ini membuat gereja bergaya Romanesque tahan lama karena kekuatannya. Oleh sebab itu, gaya ini juga sering dimanfaatkan untuk membuat benteng dan kastil.


5. Memiliki jendela yang berukuran kecil.



Hal ini bertujuan agar dinding tidak roboh apabila jendela terlalu besar. Hal ini sangat berlawanan dengan gaya Gotik yang memiliki jendela berukuran sangat besar karena adanya teknologi “flying buttressess” yang menopang dinding.


6. Adanya arcade

Arcade adalah barisan busur (arches) yang berfungsi sebagai jendela.
Arcade yang tidak memiliki jendela (hanya dinding biasa) dan hanya berfungsi sebagai dekorasi disebut sebagai blind arcade.

7. Adanya vault




Vault adalah langit-langit yang berbentuk melengkung. Adanya vault ini memungkinkan dibuatnya atap dari batu untuk menggantikan atap dari kayu yang mudah terbakar.

8. Terdapat banyak menara, umumnya berujung lancip.




Tugas Sejarah Arsitektur dengan sumber buku sejarah arsitektur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar